Sepulang pengajian, ayah saya bersemangat menceritakan riwayat Umar bin Khattab yang menangis? Mengapa ”Singa Padang Pasir” ini sampai menangis?
Umar r.a. pernah meminta izin menemui Rasulullah saw. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras.
Umar berkata, ”Setelah aku mengucapkan salam, aku lalu duduk di dekat beliau. Aku tidak sanggup menahan tangisku ....”
Rasulullah Muhammad saw pun bertanya, ”Mengapa engkau menangis wahai Umar?” Umar menjawab, ”Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuhmu. Padahal engkau Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kaisar Rumawi duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera”.
Dengan lembut, Nabi saw pun berkata, ”Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga. Sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya. ”
Inilah soalnya. Betapa dungu dan tololnya kita yang lalai akan kenyataan betapa dunia ini hanyalah tempat 'mampir ngombe'. Seterusnya kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.
Ya, ya, ya, ketika kita pergi ke Jakarta naik bus, biasanya kita akan transit sejenak di Tegal untuk sekadar mampir ngombe. Apakah kita akan selamanya tinggal di tempat transit itu dan melupakan perjalanan kita yang sesungguhnya ke Jakarta?
Bayangkan, ketika kita sibuk makan-minum di tempat transit dan ternyata bus telah memanggil kita untuk segera meneruskan perjalanan ke Jakarta.
Bayangkan, ketika kita sedang terlena dengan kenikmatan-kenikmatan semu duniawi, tiba-tiba Allah memanggil kita pulang kembali ke sisi-Nya! Apa yang akan kita bawa nanti untuk pertemuan dengan Allah?
Saya teruskan cerita ayah saya ke pembaca agar kita semua merenungkan pesan Rasulullah ini. ”Celupkan jari tanganmu ke dalam lautan.” Pesan itu disampaikan ketika ada sahabat bertanya perbedaan dunia dan akhirat.
”Air di jarimu itulah dunia, sedangkan bentangan lautan luas tak bertepi, itulah perumpamaan kebahagiaan akhirat”.
[latahzandevs.abatasa.com]
Ditulis Oleh : Fithri Fadhli ~ Suara Hati ||
Artikel Kisah Umar ra Menangis Di Depan Rasulullah SAW ini diposting oleh Fithri Fadhli pada hari Senin, 26 Desember 2011. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini, semoga bermanfaat di dunia dan akhirat.